18-12-2011 00.45 am
Satu hal yang aku rasakan ketika sudah mulai menarikan jemari ini, “sampai kapankah aku bisa mempertahankannya????”. Hanya itu, karena sungguh demi apapun konsistensi yang tak pernah melekat padaku ibarat maut yang sert merta mengintaiku. Tak ada lagi sesuatu yang bisa dihindarkan darinya. Tapi sungguh jauh dari sebilah hati ini tak pernah mau untuk itu. Lemah tak berdaya rasanya. Pencarian alasan terkuat apa yang harus aku pedomkan untuk menjadikan jiwaku yang satu ini pantas untuk terindui. Tak tahu lagi persoalan yag mana lagi yang harus aku goreskan, akan tetapi kata seorang teman, “kenapa kamu harus bingung dengan apa yang akan kamu tulis? Yang kamu rasa, yang kamu dengar, yang kamu lihat meskipun tak sesempurna layaknya kata-kata indah sebuah tulisan tulislah.....terbangkan imajinasimu untuk membuatnya sempurna” sungguh refrensi luar biasa yang aku dapat hingg beberapa hari setelah wejangan itu akupun tak henti menulis. Tapi tetap saja kekalahanku pada ketidak konsistensian-lah yang pada akhirnya menang. Bingung harus memulai dari sudut pandang mana, dari bahasa yang seperti apa, dari gaya tulisan yng seperti apa. Tapi biarlah ego dan ambisi ini yang menjalankannya. Ku pasrahkan saja tanpa harus ada kendali yang mengekang. Karena sejatinya untukku semua akan terkucur dengan indahnya tanpa komando jika perasaan sudah tak ada bersitan onggok tuntutan. Mulailah menulis lagi, jangan terlalu persoalkan kekayaan bahasa, tapi ciptakanlah kekayaan itu. Sedikit demi sedikit asal jiwamu bisa memperthankanya.